Sabtu, 22 Desember 2012

Dyslexia : Jenius yang tak Terlihat

Pengertian 
Dyslexia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Dyslexia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis karena seseorang dengan problem dyslexia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat kemampuan seorang anak untuk belajar membaca, perlu diingat keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa. Dyslexia mempengaruhi 15-20% dari populasi, dan terjadi pada laki-laki dua kali lebih banyak dari pada perempuan.  

Anak- anak yang menderita dyslexia membaca dengan lambat dan kesulitan dan mereka mengubah, menghilangkan atau mengganti kata- kata ketika membaca dengan keras. Meraka memiliki kesulitan menguraikan huruf- huruf dan kombinasinya serta mengalami kesulitan menerjemah kannya menjadi suara yang tepat. Anak- anak penderita dyslexia mungkin saja sangat berbakat dalam banyak bidang tetapi harus berjuang keras untuk dapat membaca dan menulis. Adakalanya terkait masalah- masalah seperti: kesulitan koordinasi, bingung membedakan kri dan kanan, clumsiness, dll. 

Sang anak  mungkin akan menghadapi masaah di sekolah seperti tertinggal pelajaran atau mendapat perlakuan yang dianggap sebagai anak yang bodoh di lingkungan sekolah bahkan keluarganya sendiri.

Penyebab
Dyslexia timbul akibat kelainan pada saraf pusat yaitu pada otak tepatnya pada hubungan antar daerah yang mengatur penglihatan dan bahasa yaitu daerah broca dan wernicke. Penyebab secara umum bisa jadi dari genetika, namun penyebab lain yang tidak umum adalah cedera pada kepala atau trauma. Beberapa anak dyslexia ternyata memproses informasi menggunakan area yang berbeda pada otak dibanding anak-anak tanpa kesulitan belajar. Walaupun begitu, ini bukan merupakan karakteristik pada semua anak dyslexia. Beberapa type dyslexia bisa menunjukkan perbaikan sejalan bertambahnya usia anak.

Karakteristik atau Tanda-tanda
Kemampuan anak dyslexia membaca jauh di bawah kemampuan anak seumurnya. Kesulitan yang dihadapi adalah kesulitan mengenal kata-kata, sulit mengeja, dan sulit mengartikan bacaan. Beberapa ciri berikut dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini, walaupun dapat juga disebabkan oleh gangguan lain.

Anak kecil
  1. Ada hari “baik” dan hari “buruk” tapa alasan jelas
  2. Sulit membedakan “di atas” dan “di bawah”, “ke dalam” dan “ke luar”
  3. Mengalami kesulitan dengan urutan, misalnya urutan warna. Di kemudian hari menjadi kesulitan mengurutkan nama hari atau mengurutkan angka.
  4. Riwayat keluarga dengan dyslexia
Pra sekolah, kemampuan berbahasa
  1. Salah mengucapkan sesuatu berulangkali misalnya “obli” untuk “mobil”
  2. Susah mengingat nama benda yang sederhana, misalnya meja atau kursi
  3. Susah mengingat lagu anak-anak, dan urutan kata yang bunyinya sama, misalnya “kakak, kaki, kaku”
  4. Bicaranya terlambat
Pra sekolah, kesulitan lain
  1. Cepat dapat berjalan tetapi tidak merangkak, ngesot
  2. Mengenakan sepatu sering terbalik
  3. Lebih senang mendengar cerita dibanding melihat tulisan
  4. Sering seperti tidak memperhatikan
  5. Sering tersandung, jatuh, menabrak sesuatu saat berjalan
  6. Sulit melempar, dan menangkap bola, melompat, bertepuk tangan menurut irama
Usia sekolah, kemampuan berbahasa dan menulis
  1. Mengalami kesulitan membaca dan mengeja
  2. Salah menulis dan meletakkan gambar
  3. Sulit menghapal alfabet
  4. Huruf terbalik-balik, terutama “b” dan “d,” “tadi” dan “tapi”
  5. Menggunakan jari untuk menghitung
  6. Konsentrasi buruk
  7. Tidak mengerti apa yang dibaca
  8. Menulis lama sekali
Usia sekolah, kesulitan lain
  1. Sulit mengenakan tali sepatu
  2. Sulit membedakan kanan-kiri, urutan nama hari atau nama bulan
  3. Sulit membedakan kanan-kiri
  4. Hilang rasa percaya diri
Mungkin ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mereka diantaranya:

Visual (penglihatan)

Anak belajar paling baik dengan cara melihat informasi. Karena itu, cara mulai yang baik adalah dengan menggunakan kartu bergambar dengan kata-kata tertulis di bawahnya (flash card). Pilihlah kata-kata yang sesuai dengan level belajar anak. Selain itu, jika anak kesulitan dengan bunyi, tunjukkan di mana bunyi itu dibuat di dalam mulut secara umum.

Contoh : tunjukkan huruf /t/ pada kartu, lalu arahkan ke dalam mulut Anda. Buatlah bunyi /t/ dengan gerakan yang berlebihan. Biarkan anak meniru tindakan Anda sambil melihat ke dalam cermin. Tingkatkan dengan kombinasi suku kata 2 huruf (ta, ti) dan 3 huruf (tas, top), dengan cara menyuarakan dan menulis. Bantulah juga dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan menggunakan gambar-gambar dan kata pada kalender harian. Ulanglah kalender ini setiap hari, lalu tandai tugas-tugas yang sudah selesai.

Auditori (pendengaran)

Anak-anak auditori belajar paling baik dengan cara mendengarkan apa yang diajarkan. Untuk anak yang kesulitan pada masalah bunyi, ajarkan sepasang kata singkat dan mintalah anak untuk mengatakan kata mana yang betul (tas/das). Juga, mintalah mereka menulis huruf, kata, atau kalimat sementara Anda mengucapkannya, untuk melatih kemampuan menulis. Bantulah juga dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan memasang kalender “verbal” (diucapkan). Baca dengan keras kepada anak jadwal hariannya dan bantulah dia mengatur tugas, jadwal, dll.

Taktil (perabaan)

Anak-anak ini belajar paling baik dengan proses ‘menyentuh’. Ini adalah anak-anak yang biasa terlihat memisahkan bagian suatu benda dan kemudian menyatukannya kembali. Mereka belajar paling baik dengan melalui sentuhan, sehingga sangatlah penting untuk memasukkan gaya belajar ini ke dalam perintah-perintah Anda.

Contoh : Biarkan anak membuat bentuk huruf dari tanah liat, untuk membentuk kata singkat. Ulanglah bunyi dari tiap huruf sementara anak membuatnya. Selain itu, alat pengeja taktil juga penting untuk pembelajar type ini. Alat ini meliputi huruf-huruf bertekstur/guratan sehingga anak mendapat rabaan taktil sementara mengeja. Bantulah mengelompokkan dengan mengkombinasikan proses belajar visual dan taktil. Buat kalender dan tandai tiap tanggal penting dengan sticker timbul/bertekstur. Setiap hari, ulanglah kalender ini bersama anak dan buatlah ia menyentuh dan merasakan stiker tersebut. Kombinasi pembelajaran visual dan taktil akan membantu daya ingat.

Contoh-contoh di atas adalah saran untuk mengajar anak dyslexia dengan memfokus pada gaya belajar individual mereka. Ingatlah bahwa banyaknya waktu mengajar mereka secara individu dan identifikasi dini terhadap kesulitan belajar ini, akan membuat proses belajar lebih berhasil.

Dari penjelasan di atas seharusnya kita lebih memahami anak-anak dengan kekurangan ini, ingatlah penderita dyslexia bukan anak bodoh dan sebenernya mereka punya kelebihan yang luar biasa. Kita harus memiliki kesabaran, perhatian dan waktu untuk mereka yang nantinya akan menumbuhkan kemampuan mereka dan yang paling penting adalah kepercayaan diri mereka. Selain itu, pujian dapat diberikan kepada anak yang telah menunjukkan usaha keras untuk berlatih dan belajar. Penghargaan atau reward yang diberikan juga harus sesuai. Di samping itu, proses belajar anak perlu diselingi dengan waktu istirahat yang cukup.

Satu hal yang penting adalah tidak membandingkan anak dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak mengalami problem membaca. Anda pasti mengenal Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Thomas Alfa Edison, Whoopi Goldberg (komedian dan artis film), dan Lee Kuan Yew (mantan perdana mentri Singapore). Mereka adalah contoh nyata penderita dyslexia yang dikenal dunia sampai dengan hari ini.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Dyslexia
http://readingdisabilities.wordpress.com/
Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem: EGC 2001
http://cousbravo.blogspot.com/2012/02/disleksia-dyslexia-tolonglah-mereka.html